Sepakbola merupakan olahraga populer di dunia yang sangat menyenangkan, tanpa tekanan dan kerjasama tim solid ketika bermain di lapangan hijau.
Selain itu juga ada ketegangan, kegembiraan dan kesedihan yang selalu akan diingat dalam tiap laga pertandingan. Bagi pecinta bola sepak, semuanya menjadi sensasi tak ternilai harganya.
Namun jika sahabat Bonanza88 menilik lebih dalam, sepak bola juga mempunyai sebuah sisi gelap. Sisi gelap tersebut muncul dari salah satu sifat dasar manusia yakni kompulsif.
Dari sisi positif, kompulsif tak lain sebuah sifat kompetitif dan ingin selalu meningkatkan kualitas dari dalam diri. Jelas ini sangat bermanfaat untuk kemajuan karir seseorang.
Namun dari sisi negatif, kompulsif tak lain digambarkan sebagai sikap keserakahan, menang sendiri, egois, kecanduan dan juga curang. Dari sini, maka munculah sebuah praktik perjudian.
Ya, perjudian dalam sepakbola sudah barang aneh. Di mana, menjadi salah satu ladang pemasukan besar bagi segelintir oknum yang melakukannya.
Jika sahabat Bonanza88 tinggal di negara Inggris, Amerika dan negara eropa Anda akan banyak melihat rumah judi atau kasino yang menjadi sponsor utama pertandingan sepakbola.
Dari sisi hukum, memang sudah menjadi hal umum karena memang praktik perjudian di negara tersebut legal dimana dijadikan sumber penghasilan.
Bahkan, sampai-sampai pertandingan sepakbola disusupi praktik match-fixing atau pengaturan skor pertandingan oleh oknum mafia.
Bagi sahabat Bonanza88 yang belum mengetahui bagaimana praktik match-fixing benar-benar bekerja dalam mempengaruhi sebuah pertandingan sepak bola.
Pertanyaannya, bagaimana bisa sebuah tim sepak bola besar dapat diatur jumlah skor saat tengah bertanding melawan “musuhnya” di lapangan hijau ?
Pertanyaan seputar pengaturan skor yang dilakukan oleh oknum mafia sepakbola inilah Bonanza88 coba jelaskan bahasa pada artikel satu ini.
Sisi Gelap Mafia Sepakbola
Mungkin sahabat Bonanza88 bertanya-tanya sebenarnya siapa sosok dibalik mafia taruhan sepakbola ? Apakah hanya digerakan oleh seorang oknum atau justru sekelompok orang di balik layar dalam mengatur skor pertandingan.
Menurut seorang jurnalis dan akademisi yang mengkhususkan diri pada kasus match fixing, pelaku utama mafia dibalik taruhan bola bisa dilakukan oleh wasit, pemain hingga administrator tim kesebelasan misalnya saja manajer, pelatih hingga presiden kesebelasan.
Menurutnya, untuk menyukseskan pengaturan skor sebuah pertandingan menjadi besar maka seseorang bisa menyogok administrator tim kesebelasan mencapai angka 90% jika dibandingkan melalui pemain yang hanya sebesar 83% dan juga wasit sebesar 77%.
Pertanyaan besarnya, kenapa pihak administrator kesebelasan lebih besar kemungkinan sukses padahal jika dilihat di lapangan maka wasit dan pemain lah yang bisa mempengaruhi hasil skornya.
Jawabannya cukup sederhana, yakni semakin banyak pihak yang terlibat dalam sebuah “permainan curang” maka semakin tinggi juga kemungkinan suksesnya.
Apabila seseorang mafia bisa mempengaruhi administrator kesebelasan, artinya mereka bisa dengan mudah mempengaruhi satu kesebelasan secara keseluruhan dibandingkan dilakukan oleh jalur perorangan misalnya saja dilakukan oleh pemain atau wasit.
Artinya, baik pemain, wasit dan juga administrator kesebelasan adalah “pemain” yang memang sudah diajak “bermain” akan tetapi juga dibayar untuk bisa kalah.
Jika dilihat berdasarkan jalur normal, ada yang menyogok atau menyuruh mereka untuk mengatur sebuah pertandingan yakni seorang mafia sepakbola.
Dengan kata lain, ada sebuah asas kepercayaan yang tidak sembarangan terbangun. Jadi bila seorang pemain meminta pemain lain atau bahkan wasit untuk terlibat dalam pengaturan skor pertandingan sepakbola maka hal tersebut biasanya hanya sifatnya sementara.
Namun, bila seseorang yang membangun sebuah kepercayaan kepada administrator kesebelasan bisa lebih awet itu dikarenakan mereka akan masuk dalam sebuah sistem yang tidak dipengaruhi adanya perpindahan pemain atau juga pergantian wasit yang lain.
Maka sudah jelas diketahui bahwa tanpa ada sebuah asas kepercayaan itu maka seorang mafia tidak akan memiliki kekuatan besar dalam mengatur skor pertandingan sepakbola.
Mafia Tidak Bisa Bekerja Sendiri
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, mafia sepakbola tidak bisa berjalan sendiri dalam mengatur sebuah skor pertandingan. Ada peran wasit, pemain hingga administrator kesebelasan.
Diluar dari itu, sang mafia juga membutuhkan bantuan jasa perantara yang lazim disebut dengan runner atau agen. Hal inilah yang membuat mafia dengan kuatnya bisa terlindung dari berbagai deteksi karena proses transaksinya memiliki banyak layer.
Pada intinya, peran seorang runner tak lain sebagai penjamin atau pemberi garansi. Biasanya, runner memiliki akses masuk ke dalam. Mereka bahkan bisa mengetahui siapa saja dari pemain yang bisa didekati dan juga siapa saja pemain yang harus dihindari karena bisa mengadukan kepada pihak berwajib.
Diketahui, runner sendiri biasanya diambil dari seorang mantan pemain yang mana mereka sudah sangat mengetahui seluk beluk kondisi di lapangan seperti apa.